Abstraksi
Vinsensius Bawa Toron, M.Th dan Viktoria lelboy, lic., Theol.Sp
Reka Wata(makan jagung) merupakan sebuah ritual rutin tahunan masyarakat Nuhalolon. Tradisi ritual reka wata yang digelar di korke tepat di tengah kampung Nuhalolon, secara sederhana diterangkan sebagai bentuk ucapan syukur dan permohonan keselamatan kepada Lera Wulan Pae Tana Ekan, serta sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur besi pare tonu wujo yang dipercayai sebagai pemberi kehidupan. Meskipun secara singkat keberadaan ritual reka wata dijelaskan demikian, namun dalam tradisi tersebut tersimpan makna yang lebih luas.
Ritual Reka wata sebagai sebuah tradisi masyarakat nuhalolon. Ritual reka wata dapat dilihat dari adanya rangkaian upacara tradisi yakni hode ranga, gole wata dan hoda wata. Rangkaian upacara tersebut sebagai bentuk ungkapan syukur atas limpahan rahmat Tuhan karena telah memberikan panenan yang berlimpah dan juga keselamatan yang dialami selama musim bercocok tanam. Tradisi ritual reka wata berangkat dari pengetahuan kepercayaan masyarakat Nuhalolon bahwa Tuhan menciptakan bumi tidak hanya untuk dihuni oleh makhluk-Nya yang bersifat nyata, namun Tuhan juga menciptakan besi pare yang diyakini sebagai makhluk gaib untuk turut menyuburkan bumi demi kesejahteraan manusia. Lebih dari itu manusia dianugerahi akal dan budi oleh Lera Wulan tana ekan, maka merasa perlu untuk dapat menyambung dan menjaga keharmonisan antar sesama makhluk ciptaaan Tuhan melalui ritus-ritus. Salah satunya adalah ritus reka wata. Karena itu fungsionaris adat Nuhalolon wajib melaksanakan tradisi ini sehingga terhindar dari permusuhan dan bencana alam yang melanda masyarakat nuhalolon, seperti kematian, sakit yang berkepanjangan.
Warisan budaya terus dipertahanakan.